(Sumber : thoughtco.com) |
Ilmu kimia dibangun dan dikembangkan berdasarkan eksperimen-eksperimen. Dalam bereksperimen, para ilmuwan menggunakan metode kerja yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode tersebut dikenal dengan metode ilmiah. Metode ilmiah atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau solusinya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi atau kesimpulan. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, pertama-tama hams dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dan bertahap. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan. Proses berpikir dalam pelaksanaan metode ilmiah dilakukan secara terkontrol, yaitu dalam berpikir secara ilmiah dilakukan secara sadar dan terjaga. Jadi, apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol. Metode ilmiah mempunyai karakteristik yang ilmiah dibanding metode kerja yang lain. Beberapa karakteristik metode ilmiah sebagai berikut.
Bersifat kritis dan analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
Bersifat objektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan mengembangkan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan. Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris, maksudnya bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu hams tersedia datanya, yang diperoleh dari basil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Tahapan-tahapan dalam metode ilmiah sebagai berikut:
Merumuskan Masalah
Tahap pertama dalam metode ilmiah berupa perumusan masalah. Masalah dapat ditemukan tanpa sengaja atau melalui pengamatan terhadap gejala-gejala (fenomena) yang terjadi pada suatu objek pengamatan di lingkungan sekitar. Jika masalah telah ditemukan, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh masalah yang ada di lingkungan sekitar yaitu mengenai kelarutan gula dalam air. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa sengaja kita sering melarutkan gula dalam air, misal saat menyeduh teh man is atau membuat minuman kopi. Saat melarutkan gula tersebut umumnya dilakukan pengadukan dengan suhu air yang berbeda. Berdasarkan hat ini dapat ditentukan rumusan masalah: Faktor apa saja yang memengaruhi kelarutan gula dalam air?
Menyusun Kerangka Teori
Setelah masalah dirumuskan, diperlukan infomasi berupa teori atau fakta di lapangan untuk mendukung masalah tersebut. Oleh karena itu, tahap selanjutnya yaitu menyusun kerangka teori. Berdasarkan contohmasalab kelarutan gula dalam air, teori-teori yang diperlukan menyangkut pengertian kelarutan dan faktor-faktor yang memengarubinya.
Merumuskan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun, dapat dirumuskan suatu hipotesis dari permasalahan yang telah dirumuskan. Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Penyusunan hipotesis dapat juga didasarkan pada basil penelitian sebelumnya yang pernab dilakukan oleh orang·lain.
Berdasarkan contoh di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan yaitu faktor suhu dan pengadukan dapat memengaruhi kelarutan gula dalam air.
Penelitian (Eksperimen)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara mengan:alisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis.
Dari contoh masalah di atas, dilakukanlah suatu penelitian untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan ·gula dalam air. Berbagai perlakuan terhadap gula dan air dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan kelarutan gula. Dengan mengetahui faktorfaktor yang memengaruhi kecepatan kelarutan gula, variabel yang memengaruhi kelarutan gula dalam air dapat diketahui.
Mengolah dan Menganalisis Data
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan diperoleh suatu hasil pengamatan berupa kumpulan informasi yang diolah menjadi catatan pengamatan atau data. Hasil pengamatan atau data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif yaitu data basil pengukuran dan dapat berupa data kualitatif yaitu segala informasi tentang gejala-gejala yang terjadi pada objek pengamatan.
Contoh data kuantitatif adalah angka-angka yang menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan sampai gula larut sempurna, jumlah massa gula, bentuk partikel gula sebelum dilarutkan, dan suhu air yang digunakan sebagai pelarut. Adapun contob data yang berupa ~ata kualitatif dapat berupa informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan terjadinya proses pelarutan, misal pengadukan.
Menarik Kesimpulan
Dari basil analisis dan pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan.
Mempublikasikan Hasil (Menyusun Teori)
Penulisan laporan penelitian sangat penting karena laporan merupakan media komunikasi antara peneliti terhadap ilmu pengetahuan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Tanpa adanya laporan, hasil penelitian merupakan barang rnati yang hanya dapat dinikmati peneliti.
Dalam menuliskan laporan penelitian, peneliti harus memperhatikan outline atau sistematika laporan penelitian. Sistematika laporan penelitian sebagai berikut.
Judul Penelitian, Judul penelitian terdiri atas beberapa kata yang padat, mampu memberikan gambaran tentang isi, serta penekanan-penekanan yang diberikan dalam penelitian.
Kata Pengantar, Kata pengantar berisi pernyataan-pernyataan tentang tujuan penulisan: laporan dan ucapan terima kasih.
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Isi, Daftar isi berisi judul dari setiap bab, bagian, dan subbagian. Daftar isi diperlukan agar pembaca dapat mengetahui bagian-bagian laporan dan dapat melihat hubungan yang terjadi antara satu bagian dengan bagian lain.
Abstrak, Abstrak merupakan ringkasan dari keseluruhan isi laporan.
Bab I Pendahuluan, Pendahuluan berisi uraian penelitian, meliputi l~tar belakang masalah yang diteliti, ruang lingkup dan pentingnya penelitian, serta tujuan dilakukannya penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka, Tinjauan pustaka berisi hasil...;hasil penelitian yang telab dHakukan sebelumnya, teori-teori yang mendukung dilakukannya penelitian, dan hipotesis yang telah disusun.
Bab III Metode Penelitian, Metode penelitian berisi tentang penjelasan metode atau cara yang dilakukan untuk memperoleh data penelitian serta instrumen yang diperlukan.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, Hasil dan pembahasan menyajikan data-data penelitian beserta analisis datanya.
Bab V Kesimpulan dan Saran, Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis data dan disesuaikan dengan tujuan penelitian serta berisi saran-saran peneliti untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Daftar Pustaka
Lampiran
Metode ilmiah merupakan suatu siklus dalam penyusunan suatu teori. Teori yang disusun harus dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris atau pengamatan. Apabila bukti empiris tidak sesuai dengan teori yang disusun, harus dilakukan eksperimen ulang dan menyusun teori baru.